Senin, 27 Januari 2014

Harapan tiada akhir



Lorong gedung kampus itu tidak seperti biasa. Ramai dipadati banyak wajah wajah dengan ekspresi yang berbeda. Ada sebagian dari mereka mengumpul menjadi sebuah kelompok. Ada sebagian yang berdiri dengan pandangan kosong. Ada juga yang baru datang dan celingak celinguk seperti anak ayam kehilangan makanannya.
Di lorong padat, yang usia lorong itu mungkin lebih tua dari wajah wajah yang meramaikannya, hanya ada satu kesamaan. Pikiran dari orang yang memenuhinya. Bagaimana kuliah ini berjalan.
Ada pada saatnya, lorong itu tiba” kemudian menjadi sepi. Hening. Tidak ada lagi wajah wajah wajah cemas. Wajah wajah itu berubah menjadi wajah kecewa yang teramat sangat. Ya kebijakan matakuliah hari itu membuat semua wajah berubah. Lorong itu mencetak sejarah baru.
“ah mau ama siapa aja ga masalah, bisa pasti bisa” sahut gadis bersepatu boots abu abu itu.
“ya kan itu kamu lah si, kalo anak lain kan belom tentu”, sahut yang lain.
“dasar adek-adek”. Timpal yang lain