Sabtu, 05 Mei 2012

Detektif part 2


Ini sebenernya adalah curhat dari seseorang. Aku kutip sedikit, dan makasih buat anda yang telah mengizinkan ku untuk mengutip.

“sebenernya aku gak bakat menulis kesedihanku, apalagi jadiin inspirasi buat ngeblog. aku lebih suka menertawakannya, menertawakan kesgelisahanku, kesedihanku, ketakutanku.
Kalo kamu liat aku gak peduli dan angkuh, kamu salah besar. Aku sangat peduli, sangat ingin tahu, tapi Tuhan kasih aku bakat yang paling berguna : bakat akting. menyembunyikan sesuatu,



aku mungkin orang yang paling jago dalam hal itu. apalagi dihadapanmu. Orang yang aku sayang sepenuh hati, tapi aku selalu lebih memilih berbagi kebahagiaan bersamamu. Selalu.
ini masalah yang paling sering kita bahas, dulu, baru2 ini sebelum kamu pulang, dan alasan kuatku untuk selalu galau. haha, mungkin kedengeran agak kekanakan. tapi aku memang mengalaminya. rasa takut, sangat.
aku tahu, sebenarnya aku yang terlalu baik dan terlalu mencoba mengerti posisinya. iya, sebut saja dia yang selalu mencoba diantara kita, padahal jelas2 itu hanya ilusinya. tapi ngebales dia juga gak ada gunanya kan? untuk apa? berulang kali kamu bilang kamu udah gak ada apa2 sama dia, tapi dia gak pernah mau mengerti. dan selalu berharap kamu kembali.
then stop crying when i know all those thing about her just something ever happened in your past. i wrote this:
Aku membiarkan dia mencintaimu. Merelakan dia menaruh hati padamu. Kata mereka aku harus berhati-hati, tapi aku tak peduli. Aku perempuan, dia pun. Kami mencintaimu dengan kadar yang berbeda, juga memperlakukanmu dengan cara yang tak sama. Aku tak ingin terlalu mengambil hati, karena aku tak ingin menyakiti diriku, juga menyakitimu. Sudah benarkah caraku? Melewatkannya terang-terangan mencintaimu, tak acuh melihatnya merindukanmu. Aku terlalu tak sampai hati membalas perlakuannya, karena yang aku tahu dia hanya mencintaimu, merindukanmu, mungkin dengan cara yang tak biasa, tapi aku tak pernah berkata bawa itu salah. Aku berusaha mengerti, menghargai perasaannya. Seperti yang pernah ku-utarakan kepadamu. Masih ingat kan? Di sela gerimis kita bicara dalam diam, saling pandang. Kau menungguku bicara, sambil menahan ego-mu untuk tak meneteskan air mata. Aku tidak marah, padanya maupun padamu. Bagiku terlalu dangkal untukku mempermasalahkan dia. Yang kuingat jelas saat itu kau berkata, lirih, seolah menyamarkan air matamu. Kau bilang jangan pergi. Aku pun tak pernah berniat meninggalkanmu, aku hanya ingin kau tahu bahwa ada yang lebih mencintaimu daripadaku, ya.. itu terlihat dari sudut pandangku. Tak mengapa sayang, aku mengerti. Dia pernah memilikimu di masa lalu, sementara kau membiarkanku memilikimu sekarang dan selamanya.”

Aku tertegun membaca itu. Mengapa? Mungkin andai kakak tau, bagaimana rasa ku terhadap “abang”, mungkin kakak akan menulis seperti yang telah aku kutip. Aku sedikit banyak mengerti bagaimana perasaan dia terhadap dia yang telah kau miliki.
Bagi seseorang yang telah aku kutip :
Aku tak menyalahkanmu dengan rasa kawatir, cemas, dan curiga itu. Aku pasti juga tidak mau seseorang yang telah aku sayang, dan telah berjanji untuk saling menjaga di ikuti oleh seseorang. Seseorang itu pernah mengisi dalam dirinya, seseorang itu pernah menghabiskan waktu dengannya. Seseorang itu telah dengan degenap jiwa mencintainya. Dan dia yang kau sayang pernah melakukan hal yang sama terhadap orang tersebut.
Aku tak memarahimu karena kau merasa cemburu. Kau cemburu pada seseorang yang begitu mencintainya yang telah kau miliki. Kau cemburu karena seseorang itu tak juga berhenti mengikuti kemana saja dia pergi.
Kau pasti menanamkan pada dirimu sendiri, bahwa kau harus percaya kepadanya. Percaya bahwa seseorang itu sudah tak memiliki arti lagi di hidupnya. Namun kau terus ragu dan gundah.
Aku tak dapat mencaci atau apa kepadamu. Jujur dengan apa yang telah kau tulis, aku merasa, jika kakak tau mengenai apa yang aku rasakan pada abang, apakah seperti itu? Aku hanya dapat berkata di posisi seseorang itu. Namun itu adalah rasaku walau sama tapi berbeda. Tak bermaksud membuatmu ragu wahai seseorang yang telah aku kutip.
Kalau kau gundah, katakan padanya, ungkapkan kepada yang telah kau miliki itu. Apa yang membuatmu resah. Mungkin kau telah berkata pada dia. Telah mengungkapkannya. Namun aku hanya seseorang yang dapat melihat dan mendengar apa yang kau rasa. Aku tak dapat memberikanmu sebuah solusi atau menenangkanmu.
Jawaban hanya pada hatimu, dan pada seseorang yang telah menjadi milikmu. Hanya dia yang dapat menenangkanmu. Cobalah untuk mengungkapkan apa yang kau rasa. Walaupun kau mungkin tak mau membagi sedihmu, tapi apakah kau rela untuk terus terusan seperti itu?

0 komentar:

Posting Komentar